This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pages

Thursday, June 30, 2016

Soal UAS Madrasah Diniyah



Mata Pelajaran : Aqidah/Akhlak       Nama : ……
Kelas                 : TKQ A2                   Nilai    : ……
 

Pilihlah jawaban A, B atau C, dengan memberi tanda (X) pada jawaban yang benar!

1.     Rukun Islam ada …… perkara
a.    4              b. 5         c. 6
2.     Rukun Islam yang ke-2 adalah ……
a.    Syahadat        b. Sholat    c. Puasa
3.     Sholat 5 waktu hukumnya adalah ……
a.    Sunah         b. Mubah        c. Wajib
4.     Apakah benar rukun Iman ada 6 perkara ……?
a.    Benar          b. Salah         c. Ragu-Ragu
5.     Iman artinya ……
a.    Agama         b. Percaya    c. Ibadah
6.     Rukun Iman yang ke-2 adalah ……
a.    Iman pada Allah     b. Iman pada Malaikat     c. Iman pada kitab
7.     Ada berapa jumlah malaikat Allah yang wajib kita ketahui dan kita imani ……
a.    1                 b. 5             c. 10
8.     Tugas malaikat izroil adalah ……
a.    Membagikan rizki
b.    Meniup sangkakala
c.    Mencabut nyawa
9.     Tugas malaikat Rokib adalah mencatat amal ……
a.    Baik             b. Buruk          c. Tercela
10.  Tugas malaikat Ridwan adalah menjaga pintu ……
a.      Neraka        b. Surga         c. Rumah



Mata Pelajaran  : Fiqih       Nama : ………
Kelas                 : TKQ A2   Nilai    : ………
 

Pilihlah jawaban A, B atau C, dengan memberi tanda (X) pada jawaban yang benar!
1.     Sebelum melaksanakan sholat kita harus ……
a.    Wudlu           b. Mandi         c. Mencuci tangan
2.     Membasuh telapak tangan pada saat berwudlu, dilakukan sebanyak berapa kali ……
a.    2 kali             b. 3 kali          c. 4 kali
3.     Ketika masuk waktu sholat biasanya kita mendengarkan ……
a.    Pengumuman      b. Adzan     c. Ceramah
4.     Yang menjadi pemimpin ketika sholat adalah……
a.    Makmum              b. Khotib     c. Imam
5.     Ketika gerakan “Takbirotul Ihrom” kita membaca ……
a.    Allahuakbar          b. Alhamdulillah   c. Subhanallah
6.     Sholat wajib yang dilaksanakan pada waktu pagi hari, adalah sholat ……
a.    Isya                      b. Subuh         c. Dzuhur
7.     Berapakah jumlah rokaat sholat Dzuhur ……
a.    3 rakaat                b. 4 rakaat      c. 5 rakaat
8.     Berapakah jumlah rokaat sholat Subuh ……
a.    2 rakaat                b. 3 rakaat      c. 4 rakaat
9.     Gambar di samping merupakan gambar gerakan sholat ketika ……
a.    Berdiri tegak
b.    Duduk di antara dua sujud
c.    Sujud


10.  Anak sholeh yang rajin mengerjakan sholat, akan mendapat pahala dan masuk ke dalam ……
a.    Neraka               b. Surga       c. Sekolah


MAKALAH ISLAM PROFESI DAN PROFESI YANG ISLAMI


Judul Makalah :
ISLAM PROFESI

Materi :
PENGERTIAN ISLAM PROFESI DAN PROFESI YANG ISLAMI



Diajukan untuk Memenuhi Tugas Individu
Mata Kuliah Kajian Islam Profesi

Dosen Pengampu: Ir. KH. Toto Santi Aji, M. Ag.






Nama          : Annais Purwitasari
NIM            : 130641205
Kelompok  : 1
Kelas          : SD13-A.5






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
CIREBON
2016




 
BAB I
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Islam Profesi
Islam mengandung artikulasi kongkrit dalam gerak dan aktivitas keseharian. Kebenaran Islam tidak hanya dipidatokan, diwawancarakan, diseminarkan atau didiskusikan, akan tetapi tampak dalam wujud keseharian ummatnya. Dalam teologi umat Islam, memilih Islam sebagai system keyakinan beragama mengandung harapan untuk keselamatan dan kesejahteraan.Oleh karena itu, dimensi berislam tidak sekedar untuk indvidu (personal) tetapi juga bersama-sama dengan sesama manusia melahirkan masyarakat yang Islami.[1]
Islam (Al-Islam) dapat diartikan sebagai suatu agama sebagai penerimaan dan penyerahan diri kepada Allah SWT dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya, dan menghindari politeisme.[2]Islam Profesi mengkaji dua hal penting di dalamnya, yakni yang berkaitan dengan Islam dan Profesi, serta Profesi yang islami.Dalam hal ini, Islam sebagai agama yang meletakkan dan menekankan nilai-nilai profesionalitas dalam setiap pekerjaan yang dilakukan oleh manusia.
Islam menempatkan bekerja sebagai ibadah untuk mencari rezeki dari Allah guna menutupi kebutuhan hidupnya.Bekerja untuk mendapatkan rezeki yang halalan thayiban termasuk kedalam jihad di jalan Allah yang nilainya sejajar dengan melaksanakan rukun Islam.Dengan demikian bekerja adalah ibadah dan menjadi kebutuhan setiap umat manusia.Bekerja yang baik adalah wajib sifatnya dalam Islam.[3]
Islam, diantara agama-agama yang ada di dunia adalah satu-satunya agama yang menjunjung tinggi nilai kerja.Ketika masyarakat dunia pada umumnya menempatkan kelas pendeta dan kelas militer di tempat yang tinggi, Islam menghargai orang-orang yang berilmu, petani, pedagang, tukang, dan pengrajin. Sebagai manusia biasa mereka tidak diunggulkan dari yang lain, karena Islam menganut nilai persamaan di antara sesama manusia di hadapan manusia. Ukuran ketinggian derajat adalah ketakwaannya kepada Allah, yang diukur dengan iman dan amal shalehnya.[4]
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi.Istilah profesi sesungguhnya menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggungjawab, dan kesetiaan terhadap profesi.[5] Bekerja adalah kewajiban dan dambaan bagi setiap orang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan sepanjang masa, selama ia mampu berbuat untuk membanting tulang, memeras keringat dan memutar otak.[6]
Istilah profesi dalam terminology Arab tidak ditemukan padanan katanya secara eksplisit.Hal ini terjadi karena bahasa Arab adalah bahasa yang sangat sedikit menyerap bahasa asing.Di Negara Arab modern, istilahprofesi diterjemahkan dan dipopulerkan dengan dua kosakata bahasa Arab.Pertama, Al-mihnah.Kata ini sering dipakai untuk menunjuk pekerjaan yang lebih mengandalkan kinerja otak.Karena itu, kaum professional disebut al-mihaniyyun atau ashab al-mihnah.Misalnya pengacara, penulis, dokter, konsultan hukum, pekerja kantoran, dan lain sebagainya.Kedua, Al-hirfah.Kata ini lebih sering dipakai untuk menunjuk jenis pekerjaan yang mengandalkan tangan atau tenaga otot.Misalnya, para pengrajin, tukang pandai besi, tukang jahit pada konveksi, buruh bangunan, dan lain sebagainya.Mereka disebut ashab al-hirfah.[7]
Yusuf al-Qaradhawi menyatakan bahwa diantara hal yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian kaum muslimin saat ini adalah penghasilan atau pendapatan yang diusahakan melalui keahliannya, baik keahlian yang dilakukannya secara sendiri maupun secara bersama-sama.Yang dilakukan sendiri, misalnya profesi dokter, arsitek, ahli hukum, penjahit, pelukis, mungkin juga da’i atau muballigh, dan lain sebagainya.Yang dilakukan bersama-sama, misalnya pegawai (pemerintah maupun swasta) dengan menggunakan system upah atau gaji.Penghasilan atau pendapatan yang semacam ini dalam istilah fiqh dikatakan sebagai al-maal al-mustafaad.[8]
Dalam sebuah buku Etos Kerja Pribadi Muslim karya Toto Tasmara yang telah dikutip dari skripsi Ananto Pramandhika, menyatakan bahwa bekerja bagi seorang Muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh asset, fikir dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (Khaira ummah), atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dengan bekerja, manusia itu memanusiakan dirinya.[9]
Dalam bentuk aksioma, Toto meringkasnya dalam bentuk sebuah rumusan[10]:
KHI = T, AS (M, A, R, A)
KHI = Kualitas Hidup Islami
T = Tauhid
AS = Amal Shaleh
M = Motivasi
A = Arah Tujuan (Aim and Goal/Objectives)
R = Rasa dan Rasio (Fikir dan Zikir)
A = Action, Actualization.
Dari rumusan di atas, Toto mendefinisikan etos kerja dalam Islam (bagi kaum Muslim) adalah: “Cara pandang yang diyakini seorang Muslim bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal shaleh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur”.[11]
Ajaran Islam menunjukkan bahwa “kerja” atau “amal” adalah bentuk keberadaan manusia.Artinya, manusia ada karena kerja, dan kerja itulah yang membuat atau mengisi keberadaan kemanusiaan. Jika filsuf Perancis, Rene Descartes, terkenal dengan ucapannya, “Aku berpikir maka aku ada” (Cogito ergo sum), karena berpikir baginya bentuki wujud manusia, maka sesungguhnya dalam ajaran Islam, ungkapan itu seharusnya berbunyi “Aku berbuat, maka aku ada”. Pandangan ini sentral sekali dalam system ajaran Islam.[12]
Perkembangan profesi mengimplikasikan kepada tuntutan-tuntutan norma etik yang melandasi persoalan professional. Namun hal tersebut tidak bisa sempurna karena sifat profesi yang terbatas, khusus dan unggul, maka bukan tidak mungkin akan terjadi gejala-gejala penyalahgunaan terhadap profesi yang dimiliki.[13]
Profesionalisme merupakan sikap dari seorang professional, dan berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok, yang disebut profesi, atinya pekerjaan tersebut bukan pengisi waktu luang atau sebagai hobi belaka. Jika profesi diartikan sebagai pekerjaan dan isme sebagai pandangan hidup, maka professional dapat diartikan sebagai pandangan untuk selalu berfikir, berpendirian, bersikap dan bekerja sungguh-sungguh, kerja keras, bekerja sepenuh waktu, disiplin, jujur, loyalitas tinggi dan penuh dedikasi demi keberhasilan pekerjaannya.[14]
Aspek profesionalisme ini amat penting bagi seorang pekerja.Maksudnya adalah kemampuan untuk memahami dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prinsipnya (keahlian).Pekerja tidak cukup hanya dengan memegang teguh sifat-sifat amanah, kuat, berakhlak dan bertakwa, namun dia harus pula mengerti dan menguasai benar pekerjaannya.Umar ra.sendiri pernah memperkerjakan orang dan beliau memilih dari mereka orang-orang yang professional dalam bidangnya.[15]
Jadi, tanpa adanya profesionalisme atau keahlian, suatu usaha akan mengalami kerusakan dan kebangkrutan. Juga menyebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas produksi, bahkan sampai pada kesemerawutan manajemen, serta kerusakan alat-alat produktivitas. Hal-hal ini tentunya jelas akan menyebabkan juga terjadinya kebangkrutan total yang tidak diinginkan.[16]
Allah berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالاِنسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ  

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku”. (QS. Al-Dzariyyat: 56).
Firman Allah SWT,

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْ
فِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Al-Baqarah: 30).
Ayat di atas menegaskan bahwa manusia adalah makhluk berketuhanan sekaligus makhluk sosial.Sebagai makhluk berketuhanan, wajib baginya mengabdi tunduk dan patuh, serta bepegang teguh pada ajaran agama Allah yakni al-Islam.Sementara sebagai makhluk sosial yang merupakan bagian dari aktualisasi sebagai mahkluk berketuhanan, mereka harus menjalin silaturahmi dan kerjasama yang baik, jujur, amanah, yang dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.dari kondisi tersebut, manusia menjadi berkembang secara dinamis, sehingga kebutuhan hidup manusia juga semakin berkembang. Sehingga ketergantungan manusia kepada sesamanya juga semakin tinggi. Dari sini kemudian, lahirlah lapangan pekerjaan yang dengan lapangan pekerjaan seseorang dapat memenuhi kebutuhannya sekaligus menolong pemenuhan kebutuhan orang lain.
Di dalam Al-Qur’an terdapat lebih dari 100 ayat yang berbicara tentang profesi dan kerja, diantaranya:[17]
Firman Allah SWT,
قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ
“Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”. (QS. Yusuf: 55).
Allah berfirman,
إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ
“Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. (QS. Al-Qashash: 26).
Allah berfirman,
وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ
“Dan yang lain orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah.” (QS. Al-Muzzammil: 20).
Kepedulian terhadap etika profesi bertitik tolak dari mahfuh firman Allah:
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَاناً لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدىً وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ 
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl: 89).

Al-Qur’an menjelaskan apa yang dibutuhkan manusia dalam kehidupannya. Ini menunjukkan pentingnya mengaitkan kerja dengan dasar-dasar Islam, karena dasar-dasar Islam datang dengan membawa sesuatu yang mengandung kebaikan dalam kehidupan manusia di dunia dan di akhirat nanti. Maka setiap pekerjaan mubah yang orang muslim bekerja di dalamnya dengan niat baik untuk membangun masyarakat Islam, atau membantu kaum muslimin maka ia menanam untuk akhirat, apakah pekerjaan itu bersifat syar’iyyah, ilmiah, industry, administrasi, pendidikan atau lainnya.[18] Nabi SAW bersabda:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى  
“Sesungguhnya amal-amal itu bergantung pada niat, dan masing-masing orang mendapatkan apa yang ia  niatkan.”  (HR. Bukhari, Muslim dari Umar).
Cakupan Islam yang luas ini adalah salah satu prinsip dasar bagi aqidah Islam dan kebudayaan Islam. Imam Muhammad ibn Hasan al-Syaibani berkata:
“Nabi Nuh as.adalah seorang tukang kayu, dia memakan dari hasil usahanya. Idris as.adalah seorang penjahit, Ibrahim penjual pakaian, Daud memakan dari hasil karyanya (pembuat baju besi), Sulaiman pengrajin membuat miktal (wadah berisi 30 sha’) dari daun kurma (atau juga kelaa dan pandan), dan dia makan dari situ. Zakariya seorang tukang kayu, Isa as.memakan dari hasil tenun ibunya”. (Al-Kasb, 35-36).
Sunnah datang sebagai aplikasi dari etika profesi, dimana Rasul pada masa muda bekerja sebagai buruh menggembalakan kambing milik penduduk Makkah, dan beliau menjelaskan bahwa semua Nabi pernah menggembalakan kambing.[19]
Setelah memahami penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Islam Profesi ialah suatu kajian tentang pekerjaan yang dalam melaksanakan tugas profesinya memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Profesi sebagai suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh asset, fikir dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah.

B.       Profesi yang Islami
4 Sifat Nabi yang harus ada dalam diri seorang pengusaha, pengusaha juga termasuk pada salah satu jenis profesi:[20]
1.         Shidiq (Jujur), jujur kepada diri sendiri juga kepada orang lain. Sifat jujur akan melahirkan sifat keyakinan dan keberanian untuk menghadapi ujian; apapun bentuknya.
2.         Amanah (Amanah), sifat amanah mendorong seseorang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, masyarakat, dan lingkungannya. Keberadaan sifat ini akan membangun kekuatan diri dan memperbaiki hubungan sosial.
3.         Tablig (Komunikatif), seorang pebisnis harus menjadi marketing yang hebat, juga harus menjadi seorang pembicara yang unggul.
4.         Fathonah (Cerdik), seorang pebisnis harus memiliki kemampuan melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Lalu, muncullah kreativitas, ide, dan wawasan. Pada akhirnya, produk atau jasa yang dikeluarkan pun akan menjadi produk unggul (sempurna). Karena produk yan dihasilkan unggulan, pelanggan pun senang dan menaruh kepercayaan (trust).
Menurut Nurwadjab Ahmad dalam jurnal Amrullah Azizada beberapa etika yang harus dimiliki oleh seorang pendidik (pendidik merupakan suatu profesi) yang disarikan dari surat Luqman, yaitu:[21]
1.         Shidiq, yang berarti jujur. Sifat shidiq ini mencakup: Pertama, jujur terhadap diri sendiri dalam arti keterbukaan jiwa dan tidak pernah mau menggadaikan makna hidupnya untuk perbuatan yang bertentangan dengan keyakinannya. Kedua, jujur terhadap orang lain, dalam arti berkata dan berbuat benar, juga memberikan manfaat yang sebesar-besarnya pada orang lain. Ketiga, jujur kepada Allah dalam arti semua kegiatan termotivasi hanya untuk ibadah kepadaNya. Dari shidiq inilah para guru ini bertanggung jawab bukan hanya pada atasan, lebih dari itu mereka bertanggung jawab kepada Allah yang Maha Atas.
2.         Istiqomah, sifat terpuji ini meliputi: Pertama, taqwim yang berarti menegakkan atau membentuk sesuatu. Taqwim ini menyangkut kedisiplinan hidup. Kedua, Iqamah yang berarti penyempurnaan sempuma proses. Ketiga, istiqamah yang berarti tindakan yang mendekatkan diri kepada Allah. Dari sikap istiqamah ini akan Iahir guru kreatif yang berdedikasi tinggi dan menjadi teladan anak didiknya.
3.         Fathanah, yang berarti kecerdasan. Kecerdasan ini meliputi kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan terutama spiritual, Dari guru yang memiliki fathanah demikian akan anak-anak cerdas dan berakhlaq mulia.
4.         Amanah, bisa dipercaya, menghormati, dihormati dan memberi rasa nyaman pada orang lain. Jika seorang guru ia  memberi rasa damai kepada muridnya; jika orang tua, ia memberi rasa aman pada anaknya; dan jika pemimpin, ia memberi rasa tentram pada rakyatnya.
5.         Tabligh, menyampaikan. Sifat tabligh yang harus dimiliki para pendidik meliputi: pertama, kemampuan berkomunikasi dengan anak didik (communication skill). Kedua, kepemimpinan (leadership). Ketiga, pengembangan dan peningkatan sumberdaya insane (human resources development). Dan keempat, kemampuan diri untuk mengelola sesuatu (managerial skill).
Seorang entrepreneur muslim sangat identik dengan kepribadian atau profil yang mengesankan para klien, customer, dan rekan-rekan bisnisnya. Hal ini disebabkan akhlaknya yang mulia dan budi pekertinya yang luhur. Tentu yang demikian ini tidak terbentu dengan sendirinya, akan tetapi lahir dari kesadarannya akan budi pekerti dan akhlak yang mulia dalam berbagai ihwal, khususnya pada usaha yang dijalaninya.[22]
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan.Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi.Beliau bekerja untuk meraih keridhaan Allah SWT. Dalam sebuah cerita Rasulullah,Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Sa’ad bin Mu’adz Al-Anshari. Ketika itu Rasul melihat tangan Sa’ad melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari. “Kenapa tanganmu?” tanya Rasul kepada Sa’ad. “Wahai Rasulullah,” jawab Sa’ad, “Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku”. Seketika itu beliau mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya seraya berkata, “Inilai tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka”.[23]
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat Rasulullah SAW. Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas.Para sahabat kemudian bertanya, “Wahai Rasulullah, andaikata bekerja semacam orang itu dapat digolongkan jihad fii sabillah, maka alangkah baiknya”.Mendengar itu Rasul pun menjawab, “Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anak yang masih kecil, itu adalah fii sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi keduaorangtuanya yang sudah lanjut usia, itu adalah fii sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, itu juga fii sabililla”. (HR. Ath-Thabrani).[24]
Bekerja adalah manifestasi amal shaleh.Bila kerja itu amal shaleh, maka kerja adalah ibadah.Dan bila kerja itu ibadah, maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari kerja.Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepadaNya?[25]
Ajaran Islam sebagai agama universal sangat kaya akan pesan-pesan yang mendidik bagi muslim untuk menjadi umat terbaik, menjadi khalifah, yang mengatur dengan baik bumi dan seisinya. Pesan-pesan sangat mendorong kepada setiap muslim untuk berbuat dan bekerja secara professional, yakni bekerja dengan benar, optimal, jujur, disiplin dan tekun. Akhlak Islam yang diajarkan oleh Nabiyullah Muhammad SAW, memiliki sifat-sifat yang dapat dijadikan landasan bagi pengembangan profesionalisme.[26]
Aktualisasi profesionalisme dalam perspekitf Islam ialah berdasarkan prinsip berikut:[27]
1.         Bahwa pekerjaan itu harus dilakukan berdasarkan kesadaran pengetahuan yang memadai. Sebagaimana firman Allah yang artinya:
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya. (QS. Al-Isra/17:36).
2.       Pekerjaan harus dilakukan berdasarkan keahlian. Sabda Nabi SAW yang artinya:“Bila suatu pekerjaan tidak diserahkan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya” (HR. Bukhari).
3.         Berorientasi kepada mutu dan hasil yang baik. Dalam Islam, amal, dan kerja harus dilakukan dalam bentuk yang shalih. Sehingga makna amal shalih dapat dipahami sebagai kerja sesuai standar mutu, baik mutu dihadapan Allah maupun dihadapan manusia rekanan kerjanya.
4.         Pekerjaan itu senantiasa diawasi oleh Allah, Rasulullah dan masyarakatnya, oleh karena itu harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
5.         Pekerjaan dilakukan dengan semangat dan etos kerja yang tinggi.
6.         Pengupahan harus dilakukan secara tepat dan sesuai dengan amal atau karya yang dihasilkannya.
Apakah rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW?[28]
a.       Pertama, Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik, professional, dan tidak asal-asalan. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja, maka hendaklah meningkatkan kualitasnya”.
b.      Kedua, dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik, perencanaan yang jelas, pentahapan aksi, dan adanya penetapan skala prioritas.
c.       Ketiga, Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempata sekecil apapun. “Barangsiapa yang dibukakan pintu kebaikan, hendaknya dia mampu memanfaatkannya, karena ia tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya”.
d.      Keempat, dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan. Beliau adalah sosok yang visioner, sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus.
e.       Kelima, Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan. Beliau bekerja secara tuntas dan berkualitas.
f.       Keenam, Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim yang solid yang percayapada cita-cita bersama.
g.      Ketujuh, Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu. Tidak berlalu sedetik pun waktu, kecuali menjadinilai tambah bagi diri dan umatnya. Dan yang terakhir, Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasikeimanan dan ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraihkeridhaan Allah SWT. Inilah kunci terpenting.
Menurut Salmiyah, dalam melakukan setiap pekerjaan, aspek etika merupakan hal mendasar yang harus selalu diperhatikan. Seperti bekerja dengan baik, didasari Iman dan Taqwa, sikap baik budi, jujur dan amanah, kuat, kesesuaian upah, tidak menipu, tidak merampas, tidak mengabaikan sesuatu, tidak semena-mena (proporsional), ahli dan professional, serta tidak melakukan suatu pekerjaan yang bertentangan dengan hokum Allah atau syariat Islam (Al-Qur-an dan Hadits).[29]


BAB II
KESIMPULAN

Setelah pembahasan materi di atas mengenai Islam Profesi dan Profesi yang Islami, maka dapat kita simpulkan bahwa Islam Profesi ialah suatu kajian tentang profesi yang bermuatan Islam, Islam menempatkan profesi di posisi tertinggi, Islam sebagai agama yang meletakkan dan menekankan nilai-nilai profesionalitas dalam setiap pekerjaan yang dilakukan oleh manusia. Profesi sebagai suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh asset, fikir dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah.
Profesi yang Islami dapat tercermin dari diri Rasulullah SAW, terdapat 4 Sifat Nabiyang harus ada dalam diri seorang pengusaha, dalam hal ini pengusaha juga termasuk pada salah satu jenis profesi, yakni sifat shidiq, amanah, tabligh, dan fathonah.Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan.Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi.Beliau bekerja untuk meraih keridhaan Allah SWT.
Terdapat banyak sekali dalam Al-Qur’an yang mengkaji tentang pekerjaan.Islam diantara agama-agama yang ada di dunia ini adalah slah satunya agama yang menjunjung tinggi nilai kerja.Islam menghargai orang-orang yang berilmu, petani, pedagang, tukang, dan pengrajin.Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, guru merupakan salah satu jenis profesi.Seorang guru pun dituntut untuk menjadi professional, ialah yang bertanggung jawab atas profesi yang dikerjakannya.
Orang berilmu, petani, pedagang, tukang, pengrajin dan profesi lainnya, ialah suatu pekerjaan yang sangat mulia, disamping ia mengaktualisasikan dirinya di hadapan manusia, ia pun berusaha mengaktualisasikan dirinya di hadapan Allah (sebagai hamba) yang menjalankan syariat agama. Perkembangan profesi mengimplikasikan kepada tuntutan-tuntutan norma etik yang melandasi persoalan professional. Namun hal tersebut tidak bisa sempurna karena sifat profesi yang terbatas, khusus dan unggul, maka bukan tidak mungkin akan terjadi gejala-gejala penyalahgunaan terhadap profesi yang dimiliki.
Aktualisasi profesionalisme dalam perspektif Islam ialah berdasarkan prinsip-prinsip yang berlandaskan Al-qur’an dan Hadist, bahwa suatu pekerjaan itu harus berlandaskan kesadaran pengetahuan yang memadai yang sesuai dengan kandungan QS. Al-Isra/17:36. Pekerjaan harus dilakukan berdasarkan keahlian (professional) sesuai dengan kandungan Hadist Bukhari.Pekerjaan senantiasa diawasi oleh Allah SWT, Rasulullah, dan masyarakat, oleh karena itu harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.Pekerjaan harus dilakukan dengan semangat dan etos kerja yang tinggi.
Ketika iman sudah di hati, hati akan bersih, lisan dan perbuatan akan berada pada koridor/jalan yang benar. Oleh sebab itu, setiap apa yang kita kerjakan, baik itu kegiatan ibadah maupun amaliyah hendaknya kita berlandaskan nilai-nilai Islam agar apa yang dilakukan dapat bermanfaat dan membawa kemaslahatan dunia dan akhirat. Termasuk juga dalam menekuni suatu profesi, kita tidak hanya dituntut keahlian, keterampilan, dan pengetahuan saja melainkan sikap dan perilaku kita dinilai oleh sekitar lingkungan dan masyarakat, dengan menunjukkan sikap yang jujur, amanah, cerdas, dan komunikatif sudah tentu menjadi nilai tambah untuk diri kita sendiri khususnya untuk pekerjaan dan profesi yang kita jalani.Profesi erat kaitannya dengan Islam, Islam di dalamnya mengkaji tentang profesi suatu pekerjaan.
Akhirnya selesai sudah pembahasan mengenai Islam Profesi dan Profesi yang Islami yang saya paparkan secara singkat jelas dan padat.Mudah-mudahan dapat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan kita tentang Islam dan Profesi.


LAMPIRAN

Pertanyaan :
Dewasa ini banyak sekali terjadi penyimpangan yang terjadi pada suatu profesi, contohnya seperti guru yang melakukan kekerasan fisik kepada peserta didiknya sendiri, sehingga pendidikan Islam seorang guru dipertanyakan. Bagaimana cara seorang guru mengaplikasikan pembelajaran yang Islami di dalam kelas?
Jawab:
Guru dalam pemahaman Ledicaladalah sosok manusia yang digugu dan ditiru (menjadi teladan) bagi peserta didiknya. Oleh karena itu, guru dituntut cerdas berdaya saing tinggi. Cerdas artinya guru memiliki kemampuan akal (IQ), memiliki kemampuan kinestetik (Cinestetik Question), kemampuan emosional (EQ), dan kemampuan spiritual (SQ) sedangkan berdaya saing artinya (kuat) dalam bekerja mandiri mengatasi problema-problema pembelajaran (problem solving) berdaya tahan dalam mencapai prestasi. Dengan demikian peserta didik yang diasuhnya menjadi berkompeten.[30]
Pekerjaan profesi guru amat kompleks dan rumit. Begitu pula porses pendidikan guru, tidak dapat dilihat sebagai suatu proses pendidikan sarjana biasa. Sebab, proses pendidikan guru amat rumit, karena melibatkan banyak pihak seperti sekolah, melakukan program pengalaman lapangan.Belum lagi dalam kampus dalam kampus sendiri pendidikan guru sangat terkait dengan berbagai macam dan bentuk mata kuliah yang memiliki arah yang berbeda-beda.[31] Guru merupakan figure sentral dalam peningkatan mutu pendidikan suatu bangsa. Karena, guru menjadi garda terdepan dalam proses pembelajaran. Guru juga merupakan pemimpin di kelas. Oleh karena itu, berhasil dan tidaknya suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas guru dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut.[32]
Profesi, suatu pekerjaan yang menuntut keahlian, keterampilan, dan pengetahuan melalui teknik-teknik tertentu.Salah satunya profesi guru, tidak sembarang orang mampu menjadi guru. Guru merupakan sosok seseorang yang serba tahu (menurut anak didiknya), guru sosok yang digugu dan ditiru artinya guru menjadi teladan bagi peserta didiknya, menjadi figure siswa di sekolah, menjadi figure di masyarakat, dan menjadi figure di dalam keluarganya.Profesi keguruan menuntut seorang guru memiliki 4 kompetensi yang harus ada dalam dirinya.Diantaranya kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional.Keempat kompetensi ini idealnya menjadi dasar sesorang guru dalam menjalankan tugasnya.
Namun, berkaitan dengan pertanyaan dari saudara Yeyen tentang isu-isu penyimpangan yang dilakukan oleh seorang guru, tenaga pendidik bangsa kita, penentu arah kemajuan bangsa, dan seorang pahlawan tanpa tanda jasa itu membuat pertanyaan dalam diri saya.Kenapa bisa seperti itu??Pendidikan merupakan suatu system, dimana system memiliki organ-organ di dalamnya, termasuk guru merupakan bagian dari system pendidikan. Jika di dalam system ada sesuatu yang salah, istilahnya ada kesalahan dalam input dan prosesnya sudah dipastikan akan terjadi gagal produk (hasil)/ hasilnya tidak maksimal atau bahkan rusak.
Seorang guru hendaknya mencerminkan kepribadian yang berdasar pada kompetensi guru, agar dalam proses pencapaian tujuan pendidikan dapat tercapai dengan maksimal. Siswa adalah tanggung jawab guru.Siswa membutuhkan seorang guru untuk dapat mengembangkan segala potensi dirinya.Oleh karena itu, guru harus mampu menampilkan performance nya seideal mungkin dihadapan siswanya. Proses pembelajaran ialah proses inti seorang guru berhadaapn langsumg dengan siswa. Di sana terjadi tranformasi ilmu pengetahahuan,proses mengajar, mendidik, siswa dibimbing, dan dilatih menjadi pribadi yang utuh. Disini peran guru sangatlah penting dalam meningkatkan kualitas peserta didiknya.Dan apabila pendidiknya saja tidak mampu berperan baik dalam hal ini makaimbasnya adalah kepada kerusakan karakter siswa.
Bagaimana seorang guru mengaplikasikan pembelajara yang islami?Menurut saya, jika seorang guru mampu menguasi 4 kompetensi guru, maka itu sudah menjadi modal utama baginya. Perdalam kompeensi-kompetensi itu, hayati, dan implementasikan dalam proses pembelajaran di sekolah. Agar lebih idealnya lagi, seorang guru hendaknya mencontoh gaya gaya Rasulullah dalam menjalankan profesinya, yaitu dengan berperilaku jujur, amanah, cerdik dan pandai menyampaikan ilmu pengetahuan.
Prinsip aktualisasi pekerjaan dalam perspektif Islam:[33]
1.         Bahwa pekerjaan itu harus dilakukan berdasarkan kesadaran pengetahuan yang memadai.
2.         Pekerjaan harus dilakukan berdasarkan keahlian.
3.         Berorientasi kepada mutu dan hasil yang baik. Dalam Islam, amal, dan kerja harus dilakukan dalam bentuk yang shalih. Sehingga makna amal shalih dapat dipahami sebagai kerja sesuai standar mutu, baik mutu dihadapan Allah maupun dihadapan manusia rekanan kerjanya.
4.         Pekerjaan itu senantiasa diawasi oleh Allah, Rasulullah dan masyarakatnya, oleh karena itu harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
5.         Pekerjaan dilakukan dengan semangat dan etos kerja yang tinggi.
6.         Pengupahan harus dilakukan secara tepat dan sesuai dengan amal atau karya yang dihasilkannya.




DAFTAR PUSTAKA

Agus Hasan Bashori,Etika Profesi dalam Islam,Kajian Intensif Lembaga Keuangan Syariah Rinjani Group, Malang, 2012.
Amrullah Aziz,Pendidik Profesional yang Berjiwa Islami,Jurnal Studi Islam.Vol. 10.No. 1.2015.
Andi Prastowo, Perubahan Mindset dan Kesiapan Guru Sekolah Dasar dalam Persaingan Pendidikan di Era MEA, Prosiding Seminar Nasional, Yogyakarta, 2015.
Ananto Pramandhika, Motivasi Kerja dalam Islam, Undip, Semarang, 2011.
Deny Setiawan,Zakat Profesi dalam Pandangan Islam,Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan;  Tahun I, No. 2,2011.
Didin Hafidhuddin,Zakat dalam Perekonomian Modern,Gema Insani Press, Jakarta, 2002.
Fazrur Rahman. Etika Profesi Hakim dalam Perspektif Hukum Islam.Jurnal.IAIN Syekh Nurjati, Cirebon, 2011.
Indra Sudrajat,Membangun Jiwa Enterpreneur Muslim. Studi Kewirausahaan Islam.UMC Press, Cirebon, 2011.
Dawami, Iqbal, Kamus  Istilah Populer Islam; Kata-kata yang Paling Sering digunakan di Dunis Islam, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2013.
Khaerul Wahidin, dkk, Jurnal Hadariyah; Jurnal Peradaban dan Pendidikan Vol. 1, No. 1. UMC Press, Cirebon, 2013.
Khayatun, Etos Kerja dalam Islam. Pengajian Rutin DKSI-IPB, 2008.
Mohammad Irham, Etos Kerja dalam perspektif Islam, Jurnal Substantia.Vol. 14, No. 1.IAIN Ar-Raniry, Banda Aceh, 2012.
Mudammad Sulaiman, Aizuddinur Zakaria, Jejak Bisnis Rasul, PTS Profesional Publishing, Malasysia, 2010.
Rina Indiastuti, Rubrik; Bekerja Profesional dan Cerdas menurut Islam, Unpad. 2014.
Tim Dosen Agama UMC, Pendididikan Agama Islam. UMC Press, Cirebon, 2011.
Zuhdi M, Najmuddin, Ber Islam; Menuju Keshalehan Individual dan Sosial.Lembaga Studi Islam, Surakarta, 2004.
Al-Qur’an dan Terjemahan, Software Qur’an versi 2.3.4.



[1] Khaerul Wahidin, dkk. Jurnal Hadariyah; Jurnal Peradaban dan Pendidikan, Vol. 1, No. 1, (Cirebon: UMC Press, 2013), hal. 4.
[2] Iqbal Dawami, Kamus  Istilah Populer Islam; Kata-kata yang Paling Sering digunakan di Dunia Islam, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2013), hal. 42.
[3]Rina Indiastuti, Bekerja Profesional dan Cerdas menurut Islam, (Unpad : Rubrik, 2014), Hal. 3.
[4] Mohammad Irham, Etos Kerja dalam Perspektif Islam, Jurnal Substantia, Vol. 14, No. 1, April 2012. (Banda Aceh : IAIN Ar-Raniry, 2012), hal. 11.
[5] Khaerul Wahidin, dkk. Jurnal Hadariyah; Jurnal Peradaban dan Pendidikan, Vol. 1, No. 1, (Cirebon: UMC Press, 2013), hal. 73.
[6] Tim Dosen Agama UMC, Pendididikan Agama Islam, (Cirebon: UMC Press, 2011), hal. 134.
[7] Deny Setiawan, Zakat Profesi dalam Pandangan Islam, Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan, Tahun I, No. 2 Maret 2011, hal. 200.
[8] Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002), hal. 93.
[9]Mohammad Irham, Etos Kerja dalam perspektif Islam, Jurnal Substantia, Vol. 14, No. 1, April 2012, (Banda Aceh : IAIN Ar-Raniry, 2012), hal. 15.
[10] Mohammad Irham, Etos Kerja dalam perspektif Islam,Jurnal Substantia, Vol. 14, No. 1, April 2012, (Banda Aceh : IAIN Ar-Raniry, 2012), hal. 15-16.
[11]Mohammad Irham, Etos Kerja dalam perspektif Islam,Jurnal Substantia,  Vol. 14, No. 1, April 2012, (Banda Aceh : IAIN Ar-Raniry, 2012), hal. 16.
[12] Mohammad Irham, Etos Kerja dalam perspektif Islam,Jurnal Substantia,  Vol. 14, No. 1, April 2012. (Banda Aceh : IAIN Ar-Raniry, 2012), hal. 18.
[13] Fazrur Rahman, Etika Profesi Hakim dalam Perspektif Hukum Islam, Tesis (Cirebon : IAIN Syekh Nurjati, 2011), hal. 1.
[14] Zuhdi M, Najmuddin, Ber Islam; Menuju Keshalehan Individual dan Sosial, (Surakarta: Lembaga Studi Islam, 2004), hal. 2.
[15] Ananto Pramandhika, Motivasi Kerja dalam Islam,Skripsi, (Semarang : Undip, 2011) hal. 21.
[16] Ananto Pramandhika, Motivasi Kerja dalam Islam, Skripsi, (Semarang : Undip, 2011) hal. 21.
[17] Agus Hasan Bashori, Etika Profesi dalam Islam, (Malang : disampaikan pada Kajian Intensif Lembaga Keuangan Syariah Rinjani Grroup, 2012), hal. 3.
[18] Agus Hasan Bashori, Etika Profesi dalam Islam, (Malang : disampaikan pada Kajian Intensif Lembaga Keuangan Syariah Rinjani Grroup, 2012), hal. 3.
[19] Agus Hasan Bashori, Etika Profesi dalam Islam, (Malang : disampaikan pada Kajian Intensif Lembaga Keuangan Syariah Rinjani Grroup, 2012), hal. 4.
[20] Mudammad Sulaiman, Aizuddinur Zakaria, Jejak Bisnis Rasul, (Malaysia : PTS Profesional Publishing, 2010) hal. 2-3.
[21] Amrullah Aziz, Pendidik Profesional yang Berjiwa Islami, Jurnal Studi Islam, Vol. 10, No. 1, Desember 2015 hal. 75-76.
[22]Indra Sudrajat, Studi Kewirausahaan Islam; Membangun Jiwa Enterpreneur Muslim.(Cirebon: UMC Press, 2011), hal. 27-28.
[23]Khayatun, Etos Kerja dalam Islam, (DKSI-IPB, Pengajian Rutin, 2008), hal. 15.
[24]Khayatun, Etos Kerja dalam Islam, (DKSI-IPB, Pengajian Rutin, 2008), hal. 15.
[25]Khayatun, Etos Kerja dalam Islam, (DKSI-IPB, Pengajian Rutin, 2008), hal. 16.
[26] Zuhdi M, Najmuddin, Ber Islam; Menuju Keshalehan Individual dan Sosial, (Surakarta: Lembaga Studi Islam, 2004), hal. 3.
[27] Zuhdi M, Najmuddin, Ber Islam; Menuju Keshalehan Individual dan Sosial, (Surakarta: Lembaga Studi Islam, 2004), hal. 3-4.
[28] Zuhdi M, Najmuddin, Ber Islam; Menuju Keshalehan Individual dan Sosial, (Surakarta: Lembaga Studi Islam, 2004), hal. 6.
[29]Ananto Pramandhika, Motivasi Kerja dalam Islam,Skripsi, (Semarang : Undip, 2011) hal. 15.
[30] Khaerul Wahidin, dkk. Jurnal Hadariyah; Jurnal Peradaban dan Pendidikan, Vol. 1, No. 1, (Cirebon: UMC Press, 2013), hal. 45.
[31] Khaerul Wahidin, dkk. Jurnal Hadariyah; Jurnal Peradaban dan Pendidikan, Vol. 1, No. 1, (Cirebon: UMC Press, 2013), hal. 45-46.
[32]Andi Prastowo, Perubahan Mindset dan Kesiapan Guru Sekolah Dasar dalam Persaingan Pendidikan di Era MEA, Prosiding Seminar Nasional, (Yogyakarta, 9 Mei 2015), hal. 626.
[33] Zuhdi M, Najmuddin, Ber Islam; Menuju Keshalehan Individual dan Sosial, (Surakarta: Lembaga Studi Islam, 2004), hal. 3-4.